Monday, May 26, 2008

Independent yang NOTHING!

Saya sering mendengar istilah independent atau indie. Kata-kata ini begitu akrab di telinga saya, seperti musik indie, film indie, buku indie, atau komik indie. Mirip dengan anak muda yang lain, saya merasa tidak keren atau dianggap nggak gaul kalau saya nggak pakai kata-kata indie di setiap kegiatan saya. Minimal ya cuma saya pakai untuk judul acara saya (daripada nggak dianggap gaul dan membaur).

Tapi sebenarnya saya nggak ngerti betul apa itu indie. Apa itu musik indie? Apa itu film indie? Setahu saya ya indie itu kalau di musik adalah semacam aliran baru, seperti musik underground. Tapi kalau di film, ya berarti film yang dananya mepet. Tapi yang pasti nggak sedikit dari temen-temen saya, yang (juga) nggak tau apa itu indie atau independent, seolah-olah sudah tahu dan memahaminya (ingat! Daripada nggak dianggap keren!!!).

Dianggap nggak keren adalah suatu resiko yang besar bagi saya. Lebih baik saya nggak tau apa itu independent dari pada divonis nggak gaul dan dijauhi temen-teman saya. Konyol memang, tapi krusial juga ya... Ada temen saya seorang musisi (yang katanya) indie, memberi tahu saya bahwa indie itu adalah sebuah aliran musik baru, cabang dari aliran alternaif. Saya sih manggut-manggut saja, orang bener-bener nggak tahu. Tapi begitukah?

Sebenarnya ini sudah lama menjadi dilema di dalam diri saya, apakah saya harus mengetahui seluk beluk indie atau saya kehabisan waktu untuk "belajar" indie dan pastinya jadi kuper untuk sementara waktu. Tapi pada akhirnya saya memutuskan untuk bertapa dan tanya sana sini untuk tahu apa sih indie atau independent itu sebenarnya.

Dan ternyata ada 2 point penting yang bisa saya dapat:
Pertama,
independent itu lebih pada semangat utuk melakukan segala sesuatunya "sendiri" (DIY : Do It Yourself), tidak terpengaruh oleh kekuatan luar yang mekontaminasi sesuatu yang saya anggap ideal dari saat pra produksi sampai dengan distribusi.Dan kedua, independent bukan diukur dengan uang tapi lebih pada semangat. Misalnya film dengan dana minim berarti indie, dan film dengan dana besar itu adalah major. Menurut saya, saya bisa membuat film independent dengan dana lebih besar dibanding film major, asal idealisme saya tetap terlindungi.

Tapi sekarang menurut saya banyak dari temen-temen saya yang berlindung di bawah kata-kata "indie", indie dianggap sebagai jargon yang bisa memberikan nilai tambah bagi musik, film, komik atau produk-produk lainnya. Agar laku, setiap acara musik, pemutaran film, atau yang lainnya diembel-embeli dengan kata indie, seolah-olah indie menjadi suatu komoditas atau trademark baru yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang.

Bahkan nggak sedikit pula yang menjadikan "indie" hanya sebagai batu loncatan untuk meraih gelar "major label" (yang konon menjanjikan sesuatu yang lebih sukses daripada di jalur indie). Padahal kalau saya pikir, indie bisa jadi suatu industri, sebagai alternatif dari "major label", bukan hanya sebagai kedok atau batu loncatan saja, asalkan kita bisa mempertahankan semangat untuk ber-DIY. Apapun yang kita lakukan baik itu indie atau major, asal kita bekerja keras, serius dan bisa bertahan, pasti kita bisa sukses.

No comments: